PDM Kabupaten Purworejo - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Purworejo
.: Home > Berita > Goweser Harus Tahu ! FIKIH BERSEPEDA

Homepage

Goweser Harus Tahu ! FIKIH BERSEPEDA

Sabtu, 03-10-2020
Dibaca: 1064

Penulis : Hermawan - Dosen Universitas Muhammadiyah Purworejo & Pegiat Sepeda

 

Akhir-akhir ini fenomena bersepeda (gowes) sudah menjadi rutinitas masyarakat, terlebih di tengah pandemi Covid 19, penulis memperhatikan geliat bersepeda ini dimulai bulan Juni 2020 tepatnya pasca Idul Fitri 1441 H. Bahkan dari segi harga fullbike atau sparepart-nya pun mengalami kenaikan drastis, lebih dari itu bahkan ketika mau membeli sepeda pun harus inden bahkan antri dengan nomor urutan yang lama. Memang tidak bisa dipungkiri bersepeda merupakan salah satu pilihan jitu untuk aktifitas selingan (olah raga) di tengah pandemi, selain untuk menjaga kebugaran tubuh juga dapat menjaga mood agar tetap have fun.

 

Selain untuk havefun dan olahraga tentunya bersepeda juga harus tetap mengindahkan nilai-nilai Agama agar lebih bermakna dan mendapatkan dampak yang lebih baik lagi. Sehingga perlu adanya pemahaman tentang fikih bersepeda. Fikih menurut penulisadalah seperangkat ketentuan Islam yang mengatur nilai dasar (al-qiyam al-asasiyah), prinsip umum (al-ushul al-kulliyyah), dan aturan hukum konkrit (al-ahkam al-far’iyyah), sehingga makna fikih itu mencakup sisi ibadah ataupun muamalah.  Jadi, fikih bersepeda adalah seperangkat ketentuan Syariat Islam yang mengatur etika berkendara (bersepeda salah satunya) demi mendapatkan kemaslahatan hidup.

 

Berikut beberapa nilai-nilai yang berasal dari Hadits Nabi SAW dan kontekstualisasinya dalam hal berkendara termasuk di dalamnya bersepeda:

1.   Berdoa sebelum melakukan perjalanan, baik jauh atau dekat, agar senantiasa mendapat penjagaan dan keselamatan oleh Allah SWT.

 

·     Minimal membaca “bismillahir rahmanir rahim”, agar semua yang dikerjakan mendapat pahala dan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

·     Selain membaca basmalah, dapat dibaca penggalan doa yang lebih popular sebagaimana riwayat Abu Dawud dalam Sunan-nya no. 5095 “bismillahi tawakkaltu ‘alallahi la haula wala quwwata illa billah” (dengan menyebut nama Allah yang tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas izin-Nya).

·     Ada juga doa yang lebih lengkap dan panjang seperti yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya di kitab al-hajj no. 1342 :

Dari Ibnu Umar ra. Bahwa Rasulullah saw ketika menaiki untanya untuk bepergiab bertakbir 3 kali lalu mengucap: “Subhanalladzi sakhoro lana hadza wama kunna lahu muqrinin. Wa inna ila rabbina lamunqalibun. Allahuma inna nas aluka fii safarina hadza albirro wat taqwa, wa minal ‘amali maa tardlo. Allahumma hawwin ‘alaina safarona hadza, wathwi’anna bu’dahu. Allahumma antash shohibu fis safari wal kholifatu fil ahli. Allahuma inni ‘audzubika min wa’tsais safari wa kabatil mandhori wa su il munqolabi fil maali wal ahli wal waladi.

 

2.   Menjaga kemaslahatan dan menghindari marabahaya ketika berada di jalan umum ataupun di jalur lalu lintas sebagai bagian dari fasilitas umum. Contoh ringan dari point kedua ini adalah; mentaati rambu lalu lintas, melintas di jalur sepeda dan ketika bersepeda tidak berdampingan karena bisa mengganggu pengguna jalan lainnya.

 

3.   Berperilaku sesuai dengan moral dan karakter Islam di jalan. Banyak sekali tuntunan dalam Islam ketika sedang berada di jalan, yang mana intinya tetap menjaga kebaikan dan kemaslahatan jalan, seperti; saling menyapa dan salam, menunjukkan jalan orang yang tersesat, menghilangkan gangguan yang ada di jalan, menghormati pejalan kaki dan menundukkan pandangan, dalam artian matanya tidak jelalatan kemana-mana karena dapat mengganggu konsentrasi saat riding.

 

4.   Bertakbir saat jalan menanjak dan bertasbih saat jalan menurun. Menanjak atau naik adalah representasi dari ketinggian atau keunggulan sehingga disunnahkan bertakbir sebagai pengingat bahwa masih ada Allah SWT Dzat Yang Maha Tinggi, Yang Maha Agung. Oleh karenanya meskipun kita mampu berada di ketinggian tidak boleh takabbur karena masih ada Dzat yang layak Takabbur, yang lebih Tinggi Yaitu Allah SWT. Sedangkan turun itu representasi dari bawah atau rendah sehingga disunnahkan untuk bertasbih, artinya mengingatkan bahwa Allah itu Maha Suci dari segala sesuatu yang menjadikanNya hina atau rendah. Hal tersebut sesuai dengan hadits dari Jabir, dia berkata: “Kami apabila berjalan naik, membaca takbir, dan apabila kami turun, membaca tasbih.” (HR. Bukhari dengan Fathul Bari: 6/135).

 

5.   Memuji Allah dan Berdoa ketika sudah sampai di rumah seperti membaca Aayibuun taa-ibuun ‘aabiduun li robbinaa haamiduun”(HR. Bukhari 7/163 dan Muslim 2/980) .

 

    Demikianlah beberapa nilai nilai Islami yang dapat diaplikasikan ketika bersepeda atau bahkan ketika berkendara dengan moda transportasi lainnya. Sehingga dengan implementasi fikih bersepeda ini, apa yang kita lakukan di jalan benar-benar membawa maslahat untuk diri sendiri dan masyarakat.


Tags: gowes, bersepeda, fikih bersepeda
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: olahraga, kesehatan, hobi



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website